Senin, 14 April 2014

Emergency Medicine- PSIK UMY 2010



BUPIVACAINE
a)      Definisi
Marcaine steril merupakan nama dagang obat anestesi lokal, isinya adalah bupivacaine HCL 5mg/ml dan dextrose 80mg/ml. Pada pasien ini, diberikan Marcaine spinal 0,5% (steril).
b)      Farmakodinamik :Anestesi lokal adalah obat yang digunakan untuk mencegah rasanyeri dengan memblok konduksi sepanjang serabut saraf secarareversible. Obat menembus saraf dalam bentuk tidak terionisasi(lipofilik), tetapi saat di dalam akson terbentuk beberapamolekul terionisasi, dan molekul-molekul ini memblok kanal Na+,serta mencegah pembentukan potensial aksi. Anestesi lokal dapatmenekan jaringan lain yang dapat dieksitasi (miokard) bila konsentrasidalam darah cukup tinggi, namun efek sistemik utamanya mencakupsystem saraf pusat. Pada konsentrasi darah yang dicapai dengan dosisterapi, terjadi perubahan konduksi jantung, eksitabilitas,refrakteritas, kontraktilitas dan resistensi vaskuler perifer yang minimal.Kontraktilitas miokardium ditekan dan terjadi vasodilatasi perifer,mengakibatkan penurunan curah jantung dan tekanan darah arteri. Absorpsisistemik anestetik lokal juga dapat mengakibatkan perangsangan dan atau penekanan sistem saraf pusat. Rangsangan pusat biasanya berupa gelisah, tremor dan menggigil, kejang, diikuti depresidan koma, akhirnya terjadi henti napas. Fase depresi dapat terjaditanpa fase eksitasi sebelumnya.
c)      Farmakokinetik :Kecepatan absorpsi anestetik lokal tergantung dari dosis total dankonsentrasi obat yang diberikan, cara pemberian, dan vaskularisasitempat pemberian, serta ada tidaknya epinefrin dalam larutananestetik. Bupivacaine mempunyai awitan lambat (sampaidengan 30 menit) tetapi mempunyai durasi kerja yang sangat panjang,sampai dengan 8 jam bila digunakan untuk blok syaraf.Lama kerja bupivacaine lebih panjang secara nyata daripada anestetik lokal yang biasa digunakan. Juga terdapat periode analgesia yangtetap setelah kembalinya sensasi.
d)     Efek samping: Penyebab utama efek samping kelompok obat ini mungkin berhubungan dengan kadar plasma yang tinggi, yang dapat disebabkanoleh overdosis, injeksi intravaskuler yang tidak disengaja atau degradasimetabolik yang lambat.
·         Sistemik : Biasanya berkaitan dengan sistem saraf pusatdan kardiovaskular seperti hipoventilasi atau apneu, hipotensi danhenti jantung.
·         SSP : Gelisah, ansietas, pusing, tinitus, dapat terjadi penglihatan kabur atau tremor, kemungkinan mengarah pada kejang. Hal ini dapat dengan cepat diikuti rasa mengantuk sampai tidak sadar dan henti napas. Efek SSP lain yang mungkintimbul adalah mual, muntah, kedinginan, dan konstriksi pupil.
·         Kardiovaskuler : Depresi miokardium, penurunan curah jantung, hambatan jantung, hipotensi, bradikardia, aritmiaventrikuler, meliputi takikardia ventrikuler dan fibrilasi ventrikuler,serta henti jantung.
·         Alergi : Urtikaria, pruritus, eritema, edema angioneuretik (meliputiedema laring), bersin, episode asma, dan kemungkinan gejalaanafilaktoid (meliputi hipotensiberat).
·         Neurologik : Paralisis tungkai, hilangnya kesadaran, paralisis pernapasan dan bradikardia (spinal tinggi),hipotensi sekunder dari blok spinal, retensiurin,inkontinensia fekal dan urin, hilangnya sensasi perineal dan fungsi seksual;anestesia persisten, parestesia,kelemahan, paralisis ekstremitas bawah dan hilangnya control sfingter, sakit kepala, sakit punggung, meningitis septik,meningismus, lambatnya persalinan, meningkatnya kejadian persalinan dengan forcep, atau kelumpuhan saraf kranial karenatraksi saraf pada kehilangan cairan serebrospinal.
Daftar Pustaka
De Jong, RH. Local Anesthetic Pharmacology. In:Brown DL, eds. Regional Anesthesia and Analgesia, WB Saunders Company. Philadelphia, 1996, p.124-138.
Covino BG, Scott DB, Lambert DH. Handbook of Spinal Anaesthesia and Analgesia, Mediglobe, Fribourg, 1994, p.71-104.
Butterworth, J. Local Anesthetics. In: Morgan, GE, Mikhail, MS. eds. Clinical Anesthesiology. 4 th ed, New York: McGraw Hill Co; 2004, p.263-75.



LIDOKAIN
a)      Definisi
Lidokain (Xylocaine/Lignocaine) adalah obat anestesi lokal kuat yang digunakan secara luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Pemakaian lidokain di klinik antara lain sebagai: anestesi lokal, terapi aritmia ventrikuler, mengurangi fasikulasi suksinilkolin dan untuk mengurangi gejolak kardiovaskuler serta menekan batuk pada tindakan laringoskopi dan intubasi endotrakhea.
b)      Farmakokinetik
Lidokain hanya efektif bila diberikan intravena. Pada pemberian peroral kadar lidokain dalam plasma sangat kecil dan dicapai dalam waktu yang lama. Pada pemberian intravena kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 3-5 menit dan waktu paruh 30-120 menit. Lidokain hampir semuanya dimetabolisme di hati menjadi monoethylglycinexylidide melalui proses dealkylation, kemudian diikuti dengan hidrolisis menjadi xylidide. Monoethylglycinexylidide mempunyai aktivitas 80% dari lidokain sebagai antidisritmia, sedangkan xylidide mempunyai aktivitas antidisritmia hanya 10%. Indikasi utama pemakaian lidokain selain sebagai anestesi lokal juga dipakai untuk mencegah takikardi ventrikel dan mencegah fibrilasi setelah infark miokard akut. Lidokain tidak efektif pada aritmia supraventrikuler kecuali yang berhubungan dengan sindroma wolf parkinson white atau karena keracunan obat digitalis.
c)      Farmakodinamik
Sebagai obat antiaritmia kelas IB (penyekat kanal natrium) lidokain dapat menempati reseptornya pada protein kanal sewaktu teraktivasi (fase 0) atau inaktivasi (fase 2), karena pada kedua fase ini afinitas lidokain terhadap reseptornya tinggi sedangkan pada fase istirahat afinitasnya rendah. Kanal sel normal yang dihambat lidokain selama siklus aktivasi-inaktivasi akan cepat terlepas dari reseptornya pada dalam fase istirahat. Sebaliknya kanal yang dalam keadaan depolarisasi kronis yaitu potensial istirahatnya (Vm) lebih positif, bila diberi lidokain (atau penyekat kanal Na+lainnya) akan pulih lebih lama. Dengan cara demikian, maka lidokain menghambat aktivitas listrik jantung berlebihan pada keadaan misalnya takikardi. Lidokain mempunyai efek elektrofisiologi yang kecil pada jaringan jantung normal. Sebaliknya, sebagian kanal natrium yang terdepolarisasi tetap terhambat selama diastolik. Lidokain menekan aktivitas listrik jaringan aritmigenok yang terdepolarisasi, sehingga lidokain dapat untuk menekan aritmia yang berhubungan dengan depolarisasi, tetapi kurang efektif terhadap aritmia yang terjadi pada jaringan dengan polarisasi normal (fibrilasi atrium). Sebagai obat anestesi lokal lidokain menstabilisasi membran sel saraf dengan cara mencegah depolarisasi pada membran sel saraf melalui penghambatan masuknya ion natrium. Lidokain berdifusi menembus membran yang merupakan matriks lipoprotein terdiri dari 90% lemak dan 10% protein masuk ke dalam aksoplasma kemudian memasuki kanal natrium dan berinteraksi dengan reseptor di dalamnya. Lidokain bekerja pada penghambatan transmisi (salah satu rangkaian proses nyeri) yaitu proses penyaluran impuls nyeri melalui serabut A delta dan serabut C tak bermielin dari perifer ke medula spinalis.
d)     Efek Samping
Lidokain terutama bersifat toksik pada susunan saraf pusat. Efek yang terjadi akibat toksisitas dapat berupa kejang, agitasi, disorientasi, euforia, pandangan kabur, dan mengantuk. Kejang berlangsung singkat dan berespon baik dengan pemberian diazepam. Secara umum bila kadar dalam plasma tidak mencapai 9 mg/ml, maka lidokain dapat ditoleransi dengan baik.
e)      Cara Mengatasi
Efek-efek di atas dapat dianggap sebagai gejala-gejala toksik yang dapat diketahui secara dini. Bila gejala-gejala diatas dijumpai sewaktu injeksi, suntikan harus segera dihentikan. Reaksi toksik yang berat kemudian dapat dicegah. Bila suntikan diteruskan dapat mengakibatkan serangan kejang tonik klonik. Serangan bersifat klasik diikuti dengan dpresi sistem saraf pusat yang dapat juga disertai dengan hipotensi dan apnoe. Injeksi intravena yang sangat cepat dapat menimbulkan konsentrasi yang tinggi pada pembuluh-pembuluh koroner yang mengakibatkan depresi langsung pada miokard, mungkin diikuti oleh henti jantung. Efek pada sirkulasi dapat timbul sebagai gejala satu-satunya, bahkan sebelum timbul efek pada susunan saraf pusat yakni relaksasi otot polos vaskuler arteriol. Sebagai hasil terjadi hipotensi berat yang menggambarkan penurunan tahanan vaskuler sistemik dan laju jantung.
Reaksi serius harus segera diobati dengan gejala yang predominan meliputi ventilasi paru dengan oksigen. Depresi pada sirkulasi dapat diatasi dengan oksigenasi, merendahkan posisi kepala, vasokonstriktor dan plasma ekspander. Henti jantung diatasi dengan pijat jantung.
1.      Pilihlah konsentrasi dan dosis efektif yang terkecil.
2.      Berhati-hatilah dengan konsentrasi untuk setiap teknik anestesi, dan untuk adrenalin.
3.      Menyuntik perlahan-lahan dengan aspirasi berulang kali.
Reaksi alergi terhadap lidokain adalah sangat jarang, meskipun obat ini sering digunakan. Diperkirakan bahwa kurang dari 1% semua reaksi merugikan disebabkan oleh karena mekanisme alergi.

SULFAS ATROPIN
a)      Definisi
Atropine adalah alkaloid belladonna yang mempunyai afinitas kuat terhadap reseptor muskarinik. Obat ini berkerja kompetitif antagonis dengan Ach untuk menempati kolinoseptor. Umunya masa kerja obat ini sekitar 4 jam. Terkecuali pada pemberian sebagai tetes mata, masa kerjanya menjadi lama bahkan sampai beberapa hari.
b)      Farmakokinetik
Atropine mudah diabsorbsi, sebagian dimetabolisme dalam hepar dan di ekskresi kedalam urin. Waktu paruhnya sekitar 4 jam.
c)      Farmakodinamik
Efek antikolinergik dapat menstimuli ataupun mendepresi bergantung pada organ target. Di dalam otak, dosis rendah merangsang dan dosis tinggi mendepresi. Efek obat ini juga ditentukan oleh kondisi yang akan diobati. Misalnya, Parkinson yang dikarakteristikkan dengan defisiensi dopamine yang mengintensifkan efek stimulasi Ach. Antimuskarinik menumpulkan atau mendepresi efek ini. Pada kasus lain, efek obat ini pada SSP terlihat sebagai stimulator.
d)     Efek :
·         Mata : midriasis dapat sampai siklopegia (tidak berakomodasi).
·         Saluran cerna : digunakan sebagai antispasmodic. Obat ini tidak mempengaruhi sekresi asam lambung sehingga tidak bermanfaat sebagi anti ulkus.
·         Saluran kemih : atropine digunakan untuk menurunkan hipermotilitas kandung kemih, dan kadang-kadang masih digunakan untuk anuresis pada anak yang mengompol.
·         Kelenjar eksokrin : atropine menghambat sekresi kelenjar saliva sehingga mukosa mulut menjadi kering. Kelenjar saliva sangat peka terhadap atropine. Hambatan sekresi kelenjar keringat menyebabkan suhu tubuh jadi naik juga kelenjar air mata mengalami gangguan.
e)      Efek samping.
ESO atropine sangat bergantung pada besarnya dosis. Atropine dapat menyebabkan mulut kering, penglihatan kabur, mata rasa berpasir, takikardi, dan konstipasi. ESO pada SSP berupa rasa capek, bingung, halusinasi, delirium yang dapat berlanjut menjadi depresi, kolaps sirkulasi, depresi nafas dan kematian. Pada individu tua penggunaan atropine dapat menimbulkan midriasis sekloplegia, dan keadaan ini cukup gawat karena dapat menimbulkan serangan glaucoma berulang setelah kondisi penderita tenang.
f)       Indikasi Klinis
1.      Efek midriasis atropine digunakan untuk diagnostic tes pada kelainan dalam mata dan retina.
2.      Sebagai antisekretori pada waktu opersi.
3.      Antispasmodic saluran cerna dan kandung kemih.
4.      Antidotum obat-obat agonis kolinergik, seperti pada keracunan insektisida karbonat, organofosfat dan jamur.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad.S. A. 1989. Analisis Metabolit Sekunder. UGM press. yogyakarta.
Jay,than hoon dan kirana,raharja. 2002. Obat-obat penting. Gramedia Jakarta.
Madi A, Keszler H, Yacoub JM. Cardiovascular reaction to laryngoscopy and intubation following small and large doses of lidocaine. Can J Anesth; 1977.
Muchtar A, Suyatna FD. Obat antiaritmia. Dalam: Ganiswarna S, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafriadi, editor. Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Gaya Baru; 1995
Mursyidi, achmad. 1989. Analisis metabolit sekunder. UGM. Yogyakarta.
Peralta R, Poterack KA, Kelly RF. Toxicity lidocaine 2008. available from: http//www.emedicene.com
Stoelting RK. Cardiac antidysrhythhmic drugs. In: Stoelting RK. Pharmacology and physiology in anesthetic practice. 4th ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2006
Thomson PD, KL Melmon, JA Richardson, et al. (1973). "Lidocaine farmakokinetik pada gagal jantung lanjut, penyakit hati, dan gagal ginjal pada manusia.Med.

Peran Perawat
Agar penggunaan obat menjadi aman dan efektif maka harus dilakukan pendekatan secara sistematis dan teratur dalam perawatan pasien. Perawat sangat penting untuk mengetahui standar penilaian nyeri, kewaspadaan dalam pemantauan pasien dan penanganan yang tepat pada setiap efek samping yang timbul.
Daftar Pustaka
Ban CHT, Michael F, Santhanam S. Text book of regional anesthesia and acute pain management in: Hadzic A, editor.  Pediatric epidural and caudal analgesia and anesthesia in children.  The New York School of Regional Anesthesia (NYSORA). New York (NY): McGraw-Hill ; 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar