BUPIVACAINE
a) Definisi
Marcaine
steril merupakan nama dagang obat anestesi lokal, isinya adalah bupivacaine HCL
5mg/ml dan dextrose 80mg/ml. Pada pasien ini, diberikan Marcaine spinal 0,5%
(steril).
b) Farmakodinamik
:Anestesi lokal adalah obat yang digunakan untuk mencegah rasanyeri dengan
memblok konduksi sepanjang serabut saraf secarareversible. Obat menembus saraf
dalam bentuk tidak terionisasi(lipofilik), tetapi saat di dalam akson terbentuk
beberapamolekul terionisasi, dan molekul-molekul ini memblok kanal Na+,serta
mencegah pembentukan potensial aksi. Anestesi lokal dapatmenekan jaringan lain
yang dapat dieksitasi (miokard) bila konsentrasidalam darah cukup tinggi, namun
efek sistemik utamanya mencakupsystem saraf pusat. Pada konsentrasi darah yang
dicapai dengan dosisterapi, terjadi perubahan konduksi jantung,
eksitabilitas,refrakteritas, kontraktilitas dan resistensi vaskuler perifer
yang minimal.Kontraktilitas miokardium ditekan dan terjadi vasodilatasi
perifer,mengakibatkan penurunan curah jantung dan tekanan darah arteri.
Absorpsisistemik anestetik lokal juga dapat mengakibatkan perangsangan dan atau
penekanan sistem saraf pusat. Rangsangan pusat biasanya berupa gelisah, tremor
dan menggigil, kejang, diikuti depresidan koma, akhirnya terjadi henti napas.
Fase depresi dapat terjaditanpa fase eksitasi sebelumnya.
c) Farmakokinetik
:Kecepatan absorpsi anestetik lokal tergantung dari dosis total dankonsentrasi
obat yang diberikan, cara pemberian, dan vaskularisasitempat pemberian, serta
ada tidaknya epinefrin dalam larutananestetik. Bupivacaine mempunyai awitan
lambat (sampaidengan 30 menit) tetapi mempunyai durasi kerja yang sangat
panjang,sampai dengan 8 jam bila digunakan untuk blok syaraf.Lama kerja
bupivacaine lebih panjang secara nyata daripada anestetik lokal yang biasa
digunakan. Juga terdapat periode analgesia yangtetap setelah kembalinya
sensasi.
d) Efek
samping: Penyebab utama efek samping kelompok obat ini mungkin berhubungan
dengan kadar plasma yang tinggi, yang dapat disebabkanoleh overdosis, injeksi
intravaskuler yang tidak disengaja atau degradasimetabolik yang lambat.
·
Sistemik : Biasanya berkaitan dengan
sistem saraf pusatdan kardiovaskular seperti hipoventilasi atau apneu,
hipotensi danhenti jantung.
·
SSP : Gelisah, ansietas, pusing,
tinitus, dapat terjadi penglihatan kabur atau tremor, kemungkinan mengarah pada
kejang. Hal ini dapat dengan cepat diikuti rasa mengantuk sampai tidak sadar
dan henti napas. Efek SSP lain yang mungkintimbul adalah mual, muntah, kedinginan,
dan konstriksi pupil.
·
Kardiovaskuler : Depresi miokardium,
penurunan curah jantung, hambatan jantung, hipotensi, bradikardia,
aritmiaventrikuler, meliputi takikardia ventrikuler dan fibrilasi
ventrikuler,serta henti jantung.
·
Alergi : Urtikaria, pruritus, eritema,
edema angioneuretik (meliputiedema laring), bersin, episode asma, dan
kemungkinan gejalaanafilaktoid (meliputi hipotensiberat).
·
Neurologik : Paralisis tungkai,
hilangnya kesadaran, paralisis pernapasan dan bradikardia (spinal
tinggi),hipotensi sekunder dari blok spinal, retensiurin,inkontinensia fekal
dan urin, hilangnya sensasi perineal dan fungsi seksual;anestesia persisten,
parestesia,kelemahan, paralisis ekstremitas bawah dan hilangnya control sfingter,
sakit kepala, sakit punggung, meningitis septik,meningismus, lambatnya
persalinan, meningkatnya kejadian persalinan dengan forcep, atau kelumpuhan
saraf kranial karenatraksi saraf pada kehilangan cairan serebrospinal.
Daftar Pustaka
De
Jong, RH. Local Anesthetic Pharmacology. In:Brown DL, eds. Regional Anesthesia
and Analgesia, WB Saunders Company. Philadelphia, 1996, p.124-138.
Covino
BG, Scott DB, Lambert DH. Handbook of Spinal Anaesthesia and Analgesia,
Mediglobe, Fribourg, 1994, p.71-104.
Butterworth,
J. Local Anesthetics. In: Morgan, GE, Mikhail, MS. eds. Clinical
Anesthesiology. 4 th ed, New York: McGraw Hill Co; 2004, p.263-75.
LIDOKAIN
a) Definisi
Lidokain
(Xylocaine/Lignocaine) adalah obat anestesi lokal kuat yang digunakan secara
luas dengan pemberian topikal dan suntikan. Pemakaian lidokain di klinik antara
lain sebagai: anestesi lokal, terapi aritmia ventrikuler, mengurangi fasikulasi
suksinilkolin dan untuk mengurangi gejolak kardiovaskuler serta menekan batuk
pada tindakan laringoskopi dan intubasi endotrakhea.
b) Farmakokinetik
Lidokain
hanya efektif bila diberikan intravena. Pada pemberian peroral kadar lidokain
dalam plasma sangat kecil dan dicapai dalam waktu yang lama. Pada pemberian
intravena kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 3-5 menit dan waktu
paruh 30-120 menit. Lidokain hampir semuanya dimetabolisme di hati menjadi
monoethylglycinexylidide melalui proses dealkylation, kemudian diikuti dengan
hidrolisis menjadi xylidide. Monoethylglycinexylidide mempunyai aktivitas 80%
dari lidokain sebagai antidisritmia, sedangkan xylidide mempunyai aktivitas
antidisritmia hanya 10%. Indikasi utama pemakaian lidokain selain sebagai
anestesi lokal juga dipakai untuk mencegah takikardi ventrikel dan mencegah
fibrilasi setelah infark miokard akut. Lidokain tidak efektif pada aritmia
supraventrikuler kecuali yang berhubungan dengan sindroma wolf parkinson white
atau karena keracunan obat digitalis.
c) Farmakodinamik
Sebagai
obat antiaritmia kelas IB (penyekat kanal natrium) lidokain dapat menempati
reseptornya pada protein kanal sewaktu teraktivasi (fase 0) atau inaktivasi
(fase 2), karena pada kedua fase ini afinitas lidokain terhadap reseptornya
tinggi sedangkan pada fase istirahat afinitasnya rendah. Kanal sel normal yang
dihambat lidokain selama siklus aktivasi-inaktivasi akan cepat terlepas dari
reseptornya pada dalam fase istirahat. Sebaliknya kanal yang dalam keadaan
depolarisasi kronis yaitu potensial istirahatnya (Vm) lebih positif, bila
diberi lidokain (atau penyekat kanal Na+lainnya) akan pulih lebih lama. Dengan
cara demikian, maka lidokain menghambat aktivitas listrik jantung berlebihan
pada keadaan misalnya takikardi. Lidokain mempunyai efek elektrofisiologi yang
kecil pada jaringan jantung normal. Sebaliknya, sebagian kanal natrium yang
terdepolarisasi tetap terhambat selama diastolik. Lidokain menekan aktivitas
listrik jaringan aritmigenok yang terdepolarisasi, sehingga lidokain dapat
untuk menekan aritmia yang berhubungan dengan depolarisasi, tetapi kurang
efektif terhadap aritmia yang terjadi pada jaringan dengan polarisasi normal
(fibrilasi atrium). Sebagai obat anestesi lokal lidokain menstabilisasi membran
sel saraf dengan cara mencegah depolarisasi pada membran sel saraf melalui
penghambatan masuknya ion natrium. Lidokain berdifusi menembus membran yang
merupakan matriks lipoprotein terdiri dari 90% lemak dan 10% protein masuk ke
dalam aksoplasma kemudian memasuki kanal natrium dan berinteraksi dengan
reseptor di dalamnya. Lidokain bekerja pada penghambatan transmisi (salah satu
rangkaian proses nyeri) yaitu proses penyaluran impuls nyeri melalui serabut A
delta dan serabut C tak bermielin dari perifer ke medula spinalis.
d) Efek
Samping
Lidokain
terutama bersifat toksik pada susunan saraf pusat. Efek yang terjadi akibat
toksisitas dapat berupa kejang, agitasi, disorientasi, euforia, pandangan
kabur, dan mengantuk. Kejang berlangsung singkat dan berespon baik dengan
pemberian diazepam. Secara umum bila kadar dalam plasma tidak mencapai 9 mg/ml,
maka lidokain dapat ditoleransi dengan baik.
e) Cara
Mengatasi
Efek-efek
di atas dapat dianggap sebagai gejala-gejala toksik yang dapat diketahui secara
dini. Bila gejala-gejala diatas dijumpai sewaktu injeksi, suntikan harus segera
dihentikan. Reaksi toksik yang berat kemudian dapat dicegah. Bila suntikan
diteruskan dapat mengakibatkan serangan kejang tonik klonik. Serangan bersifat
klasik diikuti dengan dpresi sistem saraf pusat yang dapat juga disertai dengan
hipotensi dan apnoe. Injeksi intravena yang sangat cepat dapat menimbulkan
konsentrasi yang tinggi pada pembuluh-pembuluh koroner yang mengakibatkan
depresi langsung pada miokard, mungkin diikuti oleh henti jantung. Efek pada
sirkulasi dapat timbul sebagai gejala satu-satunya, bahkan sebelum timbul efek pada
susunan saraf pusat yakni relaksasi otot polos vaskuler arteriol. Sebagai hasil
terjadi hipotensi berat yang menggambarkan penurunan tahanan vaskuler sistemik
dan laju jantung.
Reaksi
serius harus segera diobati dengan gejala yang predominan meliputi ventilasi
paru dengan oksigen. Depresi pada sirkulasi dapat diatasi dengan oksigenasi,
merendahkan posisi kepala, vasokonstriktor dan plasma ekspander. Henti jantung
diatasi dengan pijat jantung.
1. Pilihlah
konsentrasi dan dosis efektif yang terkecil.
2. Berhati-hatilah
dengan konsentrasi untuk setiap teknik anestesi, dan untuk adrenalin.
3. Menyuntik
perlahan-lahan dengan aspirasi berulang kali.
Reaksi
alergi terhadap lidokain adalah sangat jarang, meskipun obat ini sering
digunakan. Diperkirakan bahwa kurang dari 1% semua reaksi merugikan disebabkan
oleh karena mekanisme alergi.
SULFAS ATROPIN
a) Definisi
Atropine
adalah alkaloid belladonna yang mempunyai afinitas kuat terhadap reseptor
muskarinik. Obat ini berkerja kompetitif antagonis dengan Ach untuk menempati
kolinoseptor. Umunya masa kerja obat ini sekitar 4 jam. Terkecuali pada
pemberian sebagai tetes mata, masa kerjanya menjadi lama bahkan sampai beberapa
hari.
b) Farmakokinetik
Atropine
mudah diabsorbsi, sebagian dimetabolisme dalam hepar dan di ekskresi kedalam urin.
Waktu paruhnya sekitar 4 jam.
c) Farmakodinamik
Efek
antikolinergik dapat menstimuli ataupun mendepresi bergantung pada organ
target. Di dalam otak, dosis rendah merangsang dan dosis tinggi mendepresi.
Efek obat ini juga ditentukan oleh kondisi yang akan diobati. Misalnya,
Parkinson yang dikarakteristikkan dengan defisiensi dopamine yang
mengintensifkan efek stimulasi Ach. Antimuskarinik menumpulkan atau mendepresi
efek ini. Pada kasus lain, efek obat ini pada SSP terlihat sebagai stimulator.
d) Efek
:
·
Mata : midriasis dapat sampai siklopegia
(tidak berakomodasi).
·
Saluran cerna : digunakan sebagai
antispasmodic. Obat ini tidak mempengaruhi sekresi asam lambung sehingga tidak
bermanfaat sebagi anti ulkus.
·
Saluran kemih : atropine digunakan untuk
menurunkan hipermotilitas kandung kemih, dan kadang-kadang masih digunakan
untuk anuresis pada anak yang mengompol.
·
Kelenjar eksokrin : atropine menghambat
sekresi kelenjar saliva sehingga mukosa mulut menjadi kering. Kelenjar saliva
sangat peka terhadap atropine. Hambatan sekresi kelenjar keringat menyebabkan
suhu tubuh jadi naik juga kelenjar air mata mengalami gangguan.
e) Efek
samping.
ESO
atropine sangat bergantung pada besarnya dosis. Atropine dapat menyebabkan
mulut kering, penglihatan kabur, mata rasa berpasir, takikardi, dan konstipasi.
ESO pada SSP berupa rasa capek, bingung, halusinasi, delirium yang dapat
berlanjut menjadi depresi, kolaps sirkulasi, depresi nafas dan kematian. Pada
individu tua penggunaan atropine dapat menimbulkan midriasis sekloplegia, dan
keadaan ini cukup gawat karena dapat menimbulkan serangan glaucoma berulang
setelah kondisi penderita tenang.
f) Indikasi
Klinis
1. Efek
midriasis atropine digunakan untuk diagnostic tes pada kelainan dalam mata dan
retina.
2. Sebagai
antisekretori pada waktu opersi.
3. Antispasmodic
saluran cerna dan kandung kemih.
4. Antidotum
obat-obat agonis kolinergik, seperti pada keracunan insektisida karbonat,
organofosfat dan jamur.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad.S.
A. 1989. Analisis Metabolit Sekunder. UGM press. yogyakarta.
Jay,than
hoon dan kirana,raharja. 2002. Obat-obat penting. Gramedia Jakarta.
Madi
A, Keszler H, Yacoub JM. Cardiovascular reaction to laryngoscopy and intubation
following small and large doses of lidocaine. Can J Anesth; 1977.
Muchtar
A, Suyatna FD. Obat antiaritmia. Dalam: Ganiswarna S, Setiabudy R, Suyatna FD,
Purwantyastuti, Nafriadi, editor. Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Gaya Baru; 1995
Mursyidi,
achmad. 1989. Analisis metabolit sekunder. UGM. Yogyakarta.
Peralta
R, Poterack KA, Kelly RF. Toxicity lidocaine 2008. available from:
http//www.emedicene.com
Stoelting
RK. Cardiac antidysrhythhmic drugs. In: Stoelting RK. Pharmacology and
physiology in anesthetic practice. 4th ed. Philadelphia: Lippincott William
& Wilkins; 2006
Thomson
PD, KL Melmon, JA Richardson, et al. (1973). "Lidocaine farmakokinetik
pada gagal jantung lanjut, penyakit hati, dan gagal ginjal pada manusia.Med.
Peran Perawat
Agar
penggunaan obat menjadi aman dan efektif maka harus dilakukan pendekatan secara
sistematis dan teratur dalam perawatan pasien. Perawat sangat penting untuk
mengetahui standar penilaian nyeri, kewaspadaan dalam pemantauan pasien dan
penanganan yang tepat pada setiap efek samping yang timbul.
Daftar Pustaka
Ban
CHT, Michael F, Santhanam S. Text book of regional anesthesia and acute pain
management in: Hadzic A, editor.
Pediatric epidural and caudal analgesia and anesthesia in children. The New York School of Regional Anesthesia
(NYSORA). New York (NY): McGraw-Hill ; 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar